Sunday 26 June 2011

Belajar dari Max

"Mula-mula orang justru harus menilai di mana penggunaan berhenti dan diganti oleh penyalahgunaan; di mana penyalahgunaan ada, di mana sesungguhnya telah terjadi perampasan atau kesewenang-wenangan, seringkali korban-korban sendiri turut membantu, baik karena terlalu patuh, maupun karena ketakutan, atau karena kecurigaan kepada kemauan atau kekuasaan orang yang harus melindunginya."
Max Havelaar 
hal.67
by Multatuli

sumber gambar : inioke.com

Pemikiran menarik yang dituliskan oleh Max ketika mengomentari kekuasaan bangsawan pribumi yang kala itu berkuasa; mereka menggunakan jabatannya sebagai bupati yang sering berakhir pada penyalahgunaan dari jabatan itu sendiri.

"Orang merasa hal yang biasa, bahwa beratus-ratus keluarga yang mendapat panggilan dari tempat-tempat yang jauh, untuk, tanpa bayaran, mengerjakan ladang-ladang milik bupati, orang yang merasa hal biasa, bahwa mereka memberikan tanpa bayaran barang makanan untuk keperluan rumah tangga bupati; dan jika bupati berkenan menyenangi seekor kuda, seekor kerbau, seorang anak gadis, seorang isteri orang biasa, maka dianggap luar biasa dan mustahil jika orang itu tidak mau menyerahkan tanpa syarat apa yang diinginkan itu."
Max Havelaar
hal. 65
by Multatuli

yang menarik, Multatuli (melalui tokohnya; Max) menyatakan pendapat dan analisa yang menyatakan bahwa penyalahgunaan itu bukan semata kesalahan sang bupati yang menyalahgunakan kekuasaannya namun juga karena korban-korban (dalam hal ini rakyatnya) yang turut membantu melestarikan penyalahgunaan itu dengan berbagai alasan; "...baik karena terlalu patuh, maupun karena ketakutan atau karena kecurigaan kepada kemauan atau kekuasaan orang yang harus melindunginya." memang sudah menjadi sifat nature bagi bangsa kita yang begitu patuh pada atasan ataupun pimpinan sehingga tak jarang segala bentuk perintah "bapak/ibu atasan" selalu di turuti tanpa koreksi.

Jika sampai saat ini kita masih merasa diperlakukan tidak adil ataupun terseret sistem yang buruk; mungkin bukan seluruhnya kesalahan atasan ataupun sistem, tapi juga mungkin kesalahan kita yang cuma bisa manut; kalaupun protes bisanya dibelakang saja. Yap..kita sekarang juga sering mendengar, "kejahatan bukan hanya karena niat dari pelaku tetapi juga karena adanya kesempatan..". Maka, jangan ragu untuk berpendapat dan mengingatkan; dengan cara yang baik dan sopan juga berlandaskan kebenaran (jangan juga so-so-an keukeuh padahal salah) tentunya.

Itu salah satu pemikiran yang paling menarik yang saya peroleh sepanjang perjalanan menamatkan kisah legendaris yang sering disebut-sebut dalam buku sejarah ini, Max Havelaar. Memang Sejarah bisa berulang, atau mungkin kejadian dalam sejarah itu belum pernah berakhir sampai sekarang jika kita enggan untuk memetik hikmah darinya.

Saturday 25 June 2011

"Sepandai-pandai ahli yang berada dalam kekuasaan yang bodoh ikut juga jadi bodoh"

"Telah bersumpah kami menjadi pekerja yang baik bagi gerakan Angkatan Muda... Sebab semua percuma kalau toh harus diperintah oleh Angkatan Tua yang bodoh dan korup tapi berkuasa, dan harus ikut jadi bodoh dan korup demi mempertahankan kekuasaan. Percuma, Tuan. Sepandai-pandainya ahli yang berada dalam kekuasaan yang bodoh ikut juga jadi bodoh, Tuan. Kepercayaan itu justru kekuatan yang menggerakkan kami. Kami tak pernah dijajah oleh ras lain, kamitakkan rela mendapatkan pengalaman demikian. sebaliknya kami pun tak ada impian untuk menjajah ras lain. Itu kepercayaan. Orang tua-tua kami bilang: Di langit ada sorga, di bumi ada Hanchou, dan kami menambahkan: di hati ada kepercayaan."
Percakapan antara Minke dan Khouw Ah Soe
Novel Anak Semua Bangsa
oleh Pramoedya Ananta Toer.

sumber gambar : www.kitareview.com

Kalimat tersebut menjadi pembuka yang menghenyakkan kala pertamakali membaca novel kedua seri tetralogi Pulau Buru ini. Spontan hati ini berkata.."Memang sejarah dapat berulang."

Wednesday 15 June 2011

Aku yakin..


“Keyakinan itu begitu kuat mengakar dalam hati.. Ia tak mudah untuk luntur, dan tak akan pernah gagal ataupun salah..jika kita merasa bahwa keyakinan yang kita miliki itu telah gagal atau salah, maka sadarilah bahwa yang selama ini ada dalam hati kita itu adalah bukan suatu keyakinan, tapi barulah sekadar keinginan belaka..”

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons