Thursday 11 November 2010

BALI (part 6): The Sixth,,"We Still Have a Weakness"

Advance and modern technologies, which is always relied on still has a weakness.
---
the Sixth! and five of us planed to visit the "Mother of Temple Besakih" atau pura Besakih yang terletak di kaki gunung Agung, gunung tertinggi di Bali. Pura Besakih, sebagai pura terbesar dan terluas di Bali merupakan pura utama bagi umat hindu bali. terdiri dari 19 pura dalam satu kompleks pura yang berundak-undak, didedikasikan kepada dewa-dewi hindu sesuai kepercayaan setempat. pura terbesar di kompleks ini adalah pura penataran agung yang biasa digunakan sebagai pura pusat tempat dimana upacara-upacara besar diadakan, dan 18 pura lainnya merupakan pura-pura yang didirikan dengan tujuan yang lebih spesifik, seperti pura yang didedikasikan khusus bagi Dewa Brahma, Dewa Wisnu, Dewa Siwa, ada juga pura yang ditujukan bagi Dewi Sri, Sang Dewi Kesuburan yang konon sering digunakan para petani untuk memohon berkah dari ladang mereka.

Pura Besakih and Gunung Agung

jarak dari Kuta menuju besakih cukup jauh, sekitar 2 jam perjalanan darat. kami berangkat sekitar jam 10 pagi dari cottages. sesampainya di lokasi pura, hujan deras menyambut kami. terpaksa kami menunggu beberapa saat di dalam mobil hingga hujan perlahan menjadi gerimis. khawatir gerimis tak berujung, akhirnya kami menyerah untuk menunggu, anak-anak yang sedari tadi kami tolak ketika menawarkan jasa penyewaan payung akhirnya kami panggil kembali. 3 payung untuk 25 ribu, hmmm...ya gapapa lha.

untuk masuk ke area pura Besakih kita diharuskan untuk membayar tiket masuk seharga 10 ribu perorang dengan biaya parkir mobil seharga 5000 per mobil. aturan setempat mengharuskan pengunjung yang datang berwisata (bukan untuk sembahyang) memarkirkan kendaraan sejauh 1 km diluar kompleks pura dan berjalan kaki menuju pura yang jalannya tentu saja khas tempat wisata di bali, kanan-kirinya berjajar toko-toko souvenir.

sebelum masuk, kami diminta biaya tambahan untuk guide yang bakal menemani n menerangkan semua informasi tentang pura kepada kita. biayanya berapa?
"ya..seikhlasnya..ya sebagai contoh sih biasanya ada yang seratus ribu, tapi bisa juga lebih bisa juga kurang"
berhubung di hari keenam ini persediaan pundi-pundi kami sudah agak menipis, so kami memberikan sumbangan 50 ribu untuk berlima, dan akhirnya kamipun ditemani oleh seorang guide muda bernama Putu yang baru berusia 18 tahun.

in front of Panataran Agung Besakih

Putu, guide yang interaktif, habis dicecer pertanyaan dari A sampai Z mengenai pura, sejarahnya, fungsi spesifiknya sampai kebiasaan-kebiasaan setempat, sperti seorang mahasiswa yang sedang sidang tugas akhir. ini kenapa? itu maksudnya apa? ini bangunan apa? bagaimana caranya ini? acara ini apa? siapa pemimpin upacara? sampai apa sebutan "mbak" buat orang bali?.sekitar sejam kami berkeliling pura besar ini, dan akhirnya kami selesai mengelilinginya.

with the guide

tujuan selanjutnya adalah menuju tanah lot. letak tanah lot yang berada di pesisir pantai barat daya Bali. perjalanan menuju tanah lot memakan waktu yang cukup lama ditambah traffic sore hari yang agak menghambat membuat perjalanan ini cukup panjang. google map yang selama ini menjadi andalan kami untuk memberikan arahan perjalanan tetap kami percaya sepenuhnya.

bergegas untuk mengejar saat-saat sunset di tanah lot, kami benar2 mengikuti arahan dari google map yang memang selama ini tidak pernah salah, hingga ketika kami dibawa ke daerah berjalan kecil dengan sawah-sawah yang berada di kanan kiri jalan. perjalanan itupun berujung pada sebuah pantai yang berombak cukup deras, dengan sebuah pura yang berada menjorok ke arah lautan terhubung oleh jembatan kokoh. hmmmm..perasaan tanah lot tidak seperti ini, sepi dan tidak nampak sebagai tourist attraction. akhirnya kami mencari tau, dimanakah kami sebenarnya? ternyata google map menunjukkan tempat yang keliru, Pura Gede Luhur Batungaus, disitulah kami berada. setelah tau persis dimana kami berada, kami mengkalibrasinya dengan peta biasa, yang menunjukkan lokasi ini memang berdekatan dengan tanah lot. akhirnya kami memutuskan untuk tetap pergi ke tanah lot, walau hari sudah mulai agak gelap.


Pura Gede Luhur Batungaus

sesampai di tanah lot, hari sudah menggelap, dan counter tiket pun sudah tutup. tapi kami tetap bisa memasuki  daerah wisata tanah lot walau toko-toko souvenir sudah sibuk beres-beres. sampai di bibir pantai, pura tanah lot masih terlihat secara kasat mata namun sulit tertangkap oleh kamera (untung dapat ditangkap kamera mas Hamie dengan konfigurasi sedemikian rupa), karena waktu sudah memasuki malam hari.

Tanah Lot

setelah selesai melihat lihat, kamipun memutuskan untuk pulang ke penginapan dan menyudahi perjalanan hari ini, dan makan malam kembali di Bambu Sari, karena ingin sekali makan iga bakar disana.hehe
Iga Bakar

--the sixth, special thanks to..
Putu, our Besakih's guide
--Expenses
Lunch on a Restaurant @ jalan raya I.B.Mantra -- IDR 20000/person
Pura Besakih -- IDR 10000/person for admission, IDR 5000/car, IDR 50000+40000 (guide n tip)
Dinner -- Bambu sari -- avarage IDR 30000 (iga bakar + drink)
--
as modern as any device that we have, still must be calibrated by the traditional one

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons